Selasa, 18 Februari 2014

Mengenal lebih dalam Teknik Wawancara (Tekwan)

Teknik Wawancara 

Apakah wawancara itu ?
Mengapa wawancara dilakukan?
Pastinya banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada diotak kalian saat akan mengerjakan tugas atau penelitian yang berbau kualitatif ini.Teknik wawancara merupakan salah satu assesmen pengumpulan, proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi, penyelesaian masalah, dan informasi psikososial (Ivey, Ivey, & Zalaquett, 2010).

Dengan wawancara kita dapat mengali informasi dari seseorang untuk mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan dalam pengambilan keputusan. Dalam dunia psikologi, data yang kita dapatkan akan sangat berguna untuk memilih atau membuat treatment yang tepat. Pada saat Konseling, wawancara membutuhkan proses yang lebih intensif dan personal dibandingkan dengan wawancara. Karena pada tahap ini kita harus berfokus untuk menyelesaikan masalah orang lain. Masalah ini berhubungan kesejahterahan hidup pasien, untuk itu kita harus membina raport dan jangan sampai kita menganggu kenyamanan diri pasien.

Tetapi teknik wawancara tidak dapat berdiri sendiri. Lebih tepatnya semua Assessmen psikologi tidak dapat berdiri. Untuk itu teknik wawancara paling tepat dilakukan bersamaan dengan Observasi. Karena valid atau tidak data yang kita dapatkan akan langsung diketahui, sehingga kita dapat menyusun pertanyaan berdasarkan data dari metode observasi. Dengan begitu, kita akan kaya informasi berdasarkan bahasa nonverbal dan verbal.

Tidak mudah dalam melakukan teknik wawancara, kita harus berhati-hati dengan bias-bias yang sering terjadi pada saat interview. Yang pertama adalah Halo Effect,  kecenderungan untuk mengeluarkan pendapat/kesan sendiri tentang seseorang, lalu mencampur adukan kesan kita dengan data yang kita dapat. Halo effect ini dapat membuat kita mengarahkan jawaban seseorang itu menjadi jawaban yang kita percaya atau kita yakini. Yang kedua adalah Confirmatory Bias, yaitu kita mempunyai kesimpulan awal tentang seseorang, lalu kita akan mendukung kesimpulan itu sehingga kita hanya akan menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan kesimpulan itu saja. Yang ketiga adalah Primary Effect yaitu, kita berpikiran bahwa kita lebih rendah dari pasien kita, istilahnya kita menjadi keder atau ngedown karena melihat karakteristik fisik atau tingkat pendidikan pasien kita.

Bias wawancara juga dapat terjadi dari sisi Intervee. Terkadang intervee Hanya menyajikan hal-hal yang baik saja atau berbohong pada saat wawancara. Pewawancara harus membina hubungan baik dan mengembangkan trust intervee. Mengembangkan pengetahuan yang besar berguna mendeteksi apakah hal yang sampaikan intervee benar atau tidak.

Ethnics, Multiculturan Competence, and Wellness

Sebagai psikolog kita harus menjaga kepercayaan dari pasien, untuk itu instruksi sebelum wawancara atau sesi terapi harus diberikan secara terperinci, baik itu segi biaya, waktu, instrumen yang akan digunakan dan perjanjian ataupun pembatalan janji. Penting untuk menjaga kerahasiaan pasien untuk menjaga Confidential karena confidential tersebut dapat memberikan kepastian terhadap pasien dan untuk selanjutnya dapat memungkinkan klien untuk benar-benar membuka informasi rahasia tampa rasa takut.

Selamat melakukan wawancara. :) 

Minggu, 16 Februari 2014

Love and Sexs


Cinta, 

Cinta adalah suatu topik yang selalu menarik untuk dibicarakan. Apalagi dengan semakin dekat dengan Valentine Day, topik-topik cinta menjadi lebih hangat untuk didengar dan dibaca. 
Dimulai dari sejarah dari Western, cinta kedua pasangan cukup sulit diperjuangkan. Kita mengambil contoh dengan kisah Romeo dan Juliet, dimana hubungan kedua pasangan ini ditentang oleh kedua orang tuanya karena perselisihan-perselisihan keluarga mereka.  Akhirnya, Romeo dan Juliet tidak dapat bersatu sehingga nyawa mereka harus berakhir tragis. Namun dengan kematian mereka, keluarga mereka memutuskan untuk berdamai dan mengakhiri perselisihan.

Bila dibandingkan dengan cerita diatas, untuk memulai sebuah hubungan percintaan di jaman ini dapat dikatakan cukup mudah. Jarang sebuah hubungan pada saat ini dimulai dengan motif ekonomi, keangkuhan serta harga diri seperti pada jaman western itu. Remaja-remaja di Indonesia menjadi semakin bebas untuk menjalin hubungan. Bebas memilh pasangan, berpacaran, dan bahkan mereka  mulai bertindak hal yang melebihi batas. 

Perilaku Seksual.
ya tindakan-tindakan yang berhubungan dengan seksual. Tindakan ini tengah marak di kalangan pasangan remaja mulai marak di Indonesia. Dimulai dari para pasangan remaja yang sedang mengembangkan romantic love, romantic love meliputi perasaan ketagihan untuk bertemu pasangan, cemas saat bertemu dan tertarik pada kondisi fisik pasangannya. Rasa-rasa itu tak jarang berubah menjadi dorongan seksual. Dorongan-dorongan ini membuat seseorang ingin meng-explore lebih jauh tentang lawan jenisnya.

Memang bila menjalin hubungan pada dasarnya adalah sama-sama suka, yang berlaku juga pada behavioral reinforcement theories yang  berpendapat bahwa kita dapat mencintai seseorang karena seseorang tersebut memberikan kita perasaan positif, perasaan positif ini yang membuat kita menyukai mereka. Kita akan merasa nyaman dengan sikap mereka sehingga kita merasa kecanduan dan tidak dapat melepaskan mereka. Rasa takut kehilangan yang dihasilkan dan ekpetasi yang terlalu tinggi pada pasangan membuat kita terkadang lupa diri dan melakukan tindakan yang melewati batas yang berbau seksual.

Menariknya berbagai peristiwa yang tidak kita sadari perlahan mendorong kita untuk melakukan perilaku seksual terhadap pasangan. Seperti Pheromones, yakni bau yang dikeluarkan lawan jenis untuk menarik pasangannya.  menurut teori biologikal, neutransmiter dan otak kita berkontribusi untuk mempengaruhi perasaan kita. Kita perlu menyadari hal-hal di sekitar lingkungan kita. Nilai-nilai perlu dijunjung tinggi dan diklarifikasi sebelum melakukan hubungan seksual.

Untuk itu pentingnya melakukan komunikasi agar masing-masing pasangan dapat mengerti tentang apa kemauan sang pasangan dan mencari solusi bersama untuk masalah mereka. Sesuai dengan 3 tujuan utama dari komunikasi yaitu menuntaskan tugas, mempertahankan hubungan dan mengatur identitas kita. Dari 3 tujuan ini kita dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasangan. Bahkan sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan-pasangan dengan komunikasi yang baik dapat berpikir dengan dasar “bagaimana jika?”. Pemikiran seperti ini membuat pasangan lebih matang dan berhati-hati dalam membuat keputusan sebelum melakukan hubungan seksual.

Perlu dipahami tipe komunikasi dari kedua belah pihak. Kecenderungan untuk melakukan report-talk lebih sering dilakukan oleh pria, pria melakukan komunikasi yang bersifat informatif, sedangkan untuk wanita lebih sensitif dan menuntut seseorang untuk memenuhi apa yang dia inginkan, jenis komunikasi ini memiliki daya suportif dan beberapa kata untuk memperkuat perasaan.

Semoga artikel ini berguna bagi pasangan-pasangan yang baru saja merayakan valentine terimakasih . :)