Praktikum Wawancara
Praktikum dengan setting pendidikan,
klinis dan PIO dilakukan di kelas Teknik Wawancara Psikologi Universitas Tarumanagara.
Dengan melakukan kelas praktikum ini, saya menjadi dapat merasakan bagaimana cara menjadi interviewer,
interviewee dan observer. Ternyata tidak
mudah untuk memainkan peranan-peranan tersebut. Sebagai interviewer, kita dapat
dengan mudah mengetahui apa yang dirasakan oleh interviewee kita. Melalui
metode wawancara, proses penggalian dapat berjalan sangat efektif ketika kita
berhasil membina rapport dari subjek kita. Tetapi terkadang memang tidak mudah
untuk dapat bertanya bila kita terpaku dengan pedoman wawancara.
Kita harus dapat meningkatkan rasa curiousity kita akan sesuatu
permasalahan. Sehingga dalam mengajukan pertanyaan, kita dapat membuatnya
mengalir seakan-akan pedoman wawancara yang telah kita buat telah ada di dalam
otak kita dan membuat sebuah alur perbincangan yang menyenangkan dan tidak
bersifat menyerang. Dalam posisi interviewee, proses wawancara sangat rentan untuk
‘menyerang’ subjek dengan pertanyaan-pertanyaan tajam.
Dengan diberikan pertanyaan seperti itu,
interviewee akan merasa dirinya tidak dipercaya dan malah akan menutup diri
saat menjawab pertanyaan-pertanyaan kita. Oleh karena itu, kita harus mencoba
untuk membuat perbincangan tetap hangat dan mencoba untuk menerima mereka
walaupun mereka telah melakukan sesuatu yang dinilai salah oleh orang lain.
Bermain peran Observer dalam kelas
praktikum ini juga sangat memberikan saya gambaran tentang bagaimana menjadi
seorang intervieweer yang benar. Saya banyak menemukan kesalahan-kesalahan dari
subjek yang saya observasi sehingga saat menjadi interviewer, saya akan mencoba
tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang telah saya nilai sendiri. Kelas
Teknik Wawancara kali ini tidak hanya memberikan teori, tetapi juga saya
mendapatkan skill untuk memulai sebuah proses wawancara yang baik dan benar. Thanks. :)